Ini dia rekaman Gending yang bagus dari label Lokananta, musik dari Jawa Tengah....
Dan label Lokananta kini telah hilang.... Sungguh tragis jika dipikir-pikir. Saya tahu mereka menjual tempat itu (di Surakarta juga dikenal sebagai kota Solo). Seseorang dari Singapura membeli semua rekaman, dari apa yang saya dengar ada berton-ton rekaman, seseorang yang pergi ke sana mengatakan kepada saya bahwa itu luar biasa, dia memperkirakan setidaknya ada seratus ribu rekaman di sana, dari tahun 60-an sampai tahun 80-an. banyak grup rock n roll besar dari tahun 60-an, banyak dan banyak musik tradisional, dan semuanya hilang sekarang. Harta karun lain yang hilang.... Mereka mengatakan tempat itu akan dihancurkan dan sebuah hotel besar akan dibangun di sana.....
Jadi, oke, George baru saja mengirimi saya artikel ini dari Jakarta Post, 4 Desember.
Pemkot Surakarta siap dukung Lokananta
Kusumasari Ayuningtyas, The Jakarta Post, Jakarta | Nusantara | Rab, 05 Desember 2012, 20:50
Menyusul HUT ke-56 studio rekaman tertua di Tanah Air, Lokananta, bulan lalu, Pemkot Surakarta berjanji akan mendukung studio yang sedang berjuang itu.
Sekretaris Kota Surakarta Budi Suharto mengatakan pada hari Rabu bahwa pemerintah akan meningkatkan akses ke dan dari studio milik negara yang terletak di Jl. Ahmad Yani, sekaligus mempromosikannya.
Namun, pemerintah tidak memiliki wewenang untuk campur tangan dengan manajemen studio, yang didirikan pada Oktober 1956 sebagai pabrik percetakan piringan hitam dan gudang untuk rekaman yang diputar di udara oleh lembaga penyiaran milik negara RRI, katanya. .
“Kami tidak bisa bermain-main dengan studio. Kita harus menunggu manajer bergerak [merevitalisasi studio] sebelum kita bisa memberikan dukungan yang diperlukan, ”kata Budi, seraya menambahkan bahwa studio itu berada di bawah wewenang Konsorsium Perusahaan Percetakan Negara (PNRI).
Ketua Konsorsium Perusahaan Percetakan Negara (PNRI) Cabang Surakarta Pendi Heryadi mengatakan, sanggar yang terkenal dengan rekaman lagu-lagu keroncong lawas dan orkes gamelan harus mengubah citranya.
Menurutnya, meski dalam kondisi kumuh, studio ini sangat mampu menghasilkan musik modern dari berbagai genre.
“Sayangnya kami belum bisa mempromosikan studio karena kami tidak memiliki anggaran untuk melakukannya,” kata Pendi.
Dalam usahanya untuk bertahan, studio ini memiliki ruang futsal selama tiga tahun terakhir. Biaya sewa ruang menjadi pendapatan utama Lokananta.
Untuk menutupi biaya operasional, perusahaan membutuhkan antara Rp 40 juta (US $ 4.100) dan Rp 45 juta per bulan. Sebagian besar menutupi gaji 20 karyawannya dengan pembayaran masing-masing mulai dari Rp 600.000 hingga Rp 1,4 juta per bulan.
Pengeluaran lainnya termasuk pemeliharaan, pembersihan, dan pajak properti tahunan sebesar Rp 137 juta untuk kavling seluas 21.500 meter persegi. Pajak dibayar oleh kantor pusat PNRI.
Lokananta memiliki lebih dari 40.000 rekaman, termasuk sekitar 5.200 label komersial, dalam koleksinya. Studio menyimpan rekaman master pidato presiden pertama Indonesia Sukarno, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bengawan Solo (diciptakan oleh komposer terkenal Gesang) dan Walangkekek (oleh penyanyi terkenal Waldjinah). (han/lfr)
Saya mendengar semua cerita ini dari penjual kaset di Bandung, alangkah baiknya jika informasi yang saya dengar salah dan Lokananta akan tetap bertahan!, Dan terima kasih, George, telah memberi tahu saya tentang ini!