Opini - Negara maju atau tidaknya dapat diukur dari kualitas pendidikan suatu negara. Sebab dari sana, akan melahirkan SDM (sumber daya manusia) berkualitas dan berkarakter.
Di Indonesia sendiri terus melakukan perubahan kurikulum untuk menyesuaikan perkembangan zaman. Meskipun begitu kualitas pendidikannya masih kalah dengan negara tetangga, apalagi negara maju.
Buktinya, banyak masyarakat yang rela merogoh koceh tak sedikit untuk memberikan les tambahan. Baik dari pengetahuan umum maupun pelatihan keterampilan tertentu.
Bahkan masyarakat lebih suka menyekolahkan anak di sekolah swasta, dari pada negeri. Tidak lain karena kualitasnya lebih baik dari segi akademisi maupun pembentukan karakter.
Bisa dibilang persoalan pendidikan di Indonesia adalah kualitasnya, bukan kebutuhan fisiologisnya. Apalagi anak zaman sekarang diberikan uang saku yang lumayan besar, dari pada generasi 90an.
Meskipun persoalan pendidikan sudah diketahui seperti itu, tetap saja ada capres yang menawarkan makan siang dan susu gratis. Jadi menurut kawan-kawan sekalian, apakah dengan diberikan kebutuhan fisiologis dapat meningkatkan kualitas pendidikan?
Terlebih secara tidak langsung, Prabowo menganggap orang berkecukupan menjadi tidak mampu. Sebab dia memberikan makan gratis ke semua anak dan ibu hamil tanpa terkecuali.
Sedangkan Ganjar sendiri memberikan fasilitas akses internet cepat dan merata ke semua sekolah. Bahkan memberikan bantuan gadget ke murid tidak mampu.
Yah, semua orang sudah tahu dan paham. Jika belajar lewat mbah google dan kawan-kawannya, mampu memperoleh kemampuan baru. Seperti halnya belajar servis hp sendiri. Entah berkaitan dengan hardware maupun software mampu dipelajari dengan mudah dan berhasil
Apalagi di era digital ini, semua orang dituntut untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Tanpa melakukan itu, akan menjadi kelompok terpinggirkan dan siapa yg mendalami lebih akan membuat survive.
Jadi sudah jelas, Ganjar lebih berfokus mempermudah dan meningkatkan pendidikan lewat internet gratis. Apalagi, gagasannya bisa dibuktikan realisasinya
Ganjar sendiri pernah membuat sekolah virtual untuk menampung siswa miskin yang tidak mendapatkan sekolah, akibat sistem zonasi. Bahkan dia memberikan kuota dan gadget gratis ke mereka untuk mendapatkan fasilitas pendidikan memadai.
Terlebih Ganjar membangun SMK boarding school dan semi-boarding di berbagai wilayah Jateng. Semua itu dilakukan, tak lain untuk membuat siswa kurang mampu bisa bersekolah dan mampu bekerja ternama. Bahkan, tempat praktiknya disesuaikan dengan perkembangan teknologi sekarang ini. Jadi sangat dimungkinkan lulusannya akan survive.
Apalagi Ganjar berkomitmen menaikkan gaji guru. Dengan peningkatan upah tersebut, sangat yakin kualitas pengajarannya semakin lebih baik dan akan ke depannya banyak yang memilih berprofesi guru. Dengan begitu, peningkatan kualitas pendidikan akan terus meningkat tiap tahun ke tahun.
Ditambah kiprah Ganjar memberikan upah guru honorer sesuai UMK + 10 persen. Berkat itu, mereka lebih berfokus menyiapkan materi dan pembelajaran yang lebih layak atau tidak lagi mencari pekerjaan sampingan.
Jika menginginkan pendidikan berkualitas tanpa perlu les tambahan, jelas Ganjar orangnya. Dia memiliki rekam jejak yang jelas dan berkomitmen mewujudkan gagasannya dalam dunia pendidikan.
Semua orang dapat menilai sendiri. Dan perlu diingat, penilaian harus berdasarkan rekam jejak, konsistensi, serta gagasan yang realistis. Sekaligus pendidikan merupakan sebuah investasi besar untuk menuju keluarga yang berkecukupan dan membawa Negara Indonesia Maju.